Indonesia menargetkan menjadi negara maju dan berpendapatan per kapita tinggi pada 2045. Target menuju Indonesia Emas ini memerlukan dukungan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan senantiasa adaptif terhadap perkembangan yang terjadi.
Pada saat bersamaan, Indonesia memiliki peluang sekaligus tantangan. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, mempunyai 50 juta generasi milenial, dan menjadi negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau, Indonesia harus mewujudkan pertumbuhan yang lebih berkualitas dan meningkatkan laju pertumbuhan menjadi 6%-7% dalam 20 tahun ke depan.
Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia berfokus pada tiga strategi. Antara lain revitalisasi mesin pertumbuhan konvensional, mendorong mesin ekonomi baru dan industri yang sedang berkembang, serta memperkuat ketahanan dan pemberdayaan sosial.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif akan meningkatkan jumlah kelas pendapatan menengah menjadi sekitar 70% penduduk Indonesia pada 2045. Untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut, dibutuhkan peran dari industri perbankan.
Perbankan dapat menjadi perusahaan yang cukup penting untuk menghadapi tantangan inklusivitas keuangan. Sehingga menjadi inklusivitas memegang peranan penting untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan.
Sebagai bank regional terkemuka di Asia, UOB Indonesia turut berperan menjadi katalis dan penggerak yang mendukung pemerintah, regulator, investor, dan masyarakat luas untuk menciptakan ekonomi berkelanjutan dan inklusif di kawasan. Peran tersebut tidak lepas dari optimisme yang kerap digaungkan oleh President Director UOB Indonesia Hendra Gunawan.
Hendra juga memastikan bahwa UOB Indonesia masih akan terus mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI). Oleh karena itu, perekonomian tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu.
“Dengan tiga pilar bisnis UOB, connectivity, personalisation, dan sustainability, masih ada peluang Indonesia untuk tingkatkan konektivitas dengan negara lain, terutama di ASEAN. Kita bentuk tim untuk menarik investasi ke Indonesia,” ungkap Hendra kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui ASEAN merupakan kawasan regional yang memiliki potensi ekonomi terbesar. Berdasarkan laporan International Monetary Fund (IMF), nilai produk domestik bruto (PDB) ASEAN mencapai US$ 3,9 triliun pada 2022 atau sekitar 3,6% dari PDB global.
Indonesia pun memiliki kontribusi PDB mencapai US$ 1.390 miliar pada periode tersebut. Di sisi lain, data thinktank Parlemen Eropa menyebut ekonomi Indonesia unggul hampir di semua indikator penilaian.
Dalam hal FDI dan laju inflasi, Indonesia lebih stabil dari waktu ke waktu dibandingkan dengan Uni Eropa. Pada tahun 2023, laju inflasi Indonesia hanya 3,7% sedangkan Uni Eropa mencapai 6,3%.