Sebanyak 55% lebih pemuda di Indonesia menikah di bawah umur yang ideal yakni 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Pemuda Indonesia 2024 mengungkapkan sebanyak 21,49% menikah di bawah sama dengan 18 tahun atau perkawinan anak. Sebesar 18,55% pemuda memiliki usia kawin pertama pada kelompok umur 16−18 tahun dan 2,39 persen yang usia kawin pertamanya di umur kurang dari 16 tahun.
Sementara, persentase terbesar usia kawin pertama terdapat pada kelompok umur 19−21 tahun, yaitu sebesar 33,72%.
Artinya sekitar 55,21% pemuda menikah di bawah umur yang dianjurkan. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan umur ideal menikah di Indonesia bagi laki-laki adalah 25 tahun, sedangkan perempuan 21 tahun.
Yayasan Plan International Indonesia bersama Koalisi Perempuan Indonesia mengatakan ada sejumlah faktor penyebab perkawinan anak di bawah umur. Alasan tersebut tertuang dalam studi Perkawinan Bukan untuk Anak: Potret Perkawinan Anak di 7 Daerah Paska Perubahan UU Perkawinan.
Hasil observasi menunjukkan setidaknya terdapat sembilan faktor yang menurut para informan menjadi pendorong praktik perkawinan anak di daerah yaitu sosial, kesehatan, keluarga, ekonomi, teknologi informasi, budaya, pendidikan, agama, dan hukum.
Plan Indonesia melakukan wawancara dengan informan yang terdiri dari perwakilan anak, perwakilan masyarakat, perwakilan sekolah, perwakilan KUA, DP3A, serta perwakilan pengadilan di tujuh Kabupaten, meliputi 18 desa/kelurahan di 5 provinsi tentang alasan terjadinya perkawinan anak atau keluarga mengawinkan anaknya.
Walaupun telah banyak literatur yang mengklasifikasi faktor pendorong perkawinan anak, laporan ini ingin melihat kembali apa saja alasan pendorong perkawinan anak yang masih terjadi paska amandemen UU Perkawinan.