Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyayangkan literasi digital masyarakat berusia muda tidak diimbangi dengan literasi keuangan. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Frederica Widyasari Dewi mengatakan, padahal, literasi keuangan sangat penting dilakukan usia muda, terutama para remaja.
Menurutnya, usia muda cenderung akrab dengan gadget, namun mayoritas para remaja tidak bijak dalam penggunaan gadget tersebut. Hal itu tecermin dalam hasil data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 yang menyatakan bahwa literasi keuangan usia 15-17 tahun masih rendah mencapai 51,7%.
“Kalau usia-usia ini mereka kan digital literate ya tapi apakah sebenarnya yang mereka pelajari itu digital financial literacy atau apa?. Kalau kita lihat mungkin anak-anak gen Z ini kalau mereka pegang-pegang gadget yang dilihat pasti bukan (literasi keuangan), ini kebanyakan, mungkin game, game online,” ujarnya di gedung BPS Jakarta, Jumat (2/8).
Wanita yang akrab disapa Kiki ini mengaku, justru remaja yang terpapar teknologi digital lebih berbahaya dibandingkan yang tidak terpapar. “Jadi mereka itu yang lebih bahaya itu mereka secara digital itu mereka literate ya mereka sudah canggih kemana-mana tapi financially mereka belum literate,” katanya.
Bahaya bagi usia muda yang belum teliterasi keuangan sangat mudah mengakses pinjaman online yang dapat memberikan kemudahan dalam akses pendanaan. Selain pengetahuan keuangan yang minum, mereka belum bijaksana dalam mengambil keputusan, dalam hal ini pinjaman dana.
“Nah ini yang bahayanya karena mereka sangat dengan mudah mengakses tapi mereka gak paham. Nah terutama juga kalau kita lihat anak-anak muda ini gen Z ini kan dengan fenomena FOMO, YOLO dan FOPO nya itu benar-benar membuat mereka itu akhirnya menempuh jalan pendek gitu ya, misalnya mereka butuh sesuatu untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk FOMO dan YOLO nya itu tetapi mereka gak financially literate,” jelasnya.
“Jadi ini yang bahaya mendingan orang yang gak punya akses terhadap digital dan misalnya mereka gak tau karena kemungkinan mereka terekspos itu lebih kecil kan kalau anak-anak ini kan resumen terekspos gede banget ini juga yang hati-hati,” lanjutnya.
Kiki menambahkan, Ia kerap kali mendapat informasi bahwa banyak remaja yang terjerat pinjaman online akibat hasrat makan di restoran demi memenuhi gaya hidup.
“Saya pernah dapat info ya ada anak-anak muda yang kemudian terjerat di dalam pinjaman online yang kemudian terus beranak gitu ya itu cuma karena mereka ketika makan di cafe misalnya dengan gaya hidupnya itu tiba-tiba tau bahwa uangnya gak cukup. Dengan mereka jempolnya itu cepat sekali dapat pinjaman online cair dalam waktu 15 menit,” ungkapnya.
Dengan demikian, literasi keuangan sejak dini menjadi sangat penting. “Anak-anak muda ini harus kita bimbing. Saya informasikan juga bahwa OJK akan menginkorporate semua mohon maaf saya akan memasukkan semua data termasuk data-data pinjol tadi masuk ke dalam SLIK ya untuk data itu semua sudah akan masuk jadi semua akan terhubung,” pungkasnya.